Taman
Purbakala Kerajaan Sriwijaya
Pendopo
utama berbentuk bangunan Limasan di tengah-tengah pulau Nangka. Pendopo ini
menyimpan replika Prasasti Kedukan Bukit.
Taman
Purbakala Kerajaan Sriwijaya atau sebelumnya dikenal dengan nama Situs
Karanganyar adalah taman purbakala bekas kawasan permukiman dan taman yang
dikaitkan dengan kerajaan Sriwijaya yang terletak tepi utara Sungai Musi di kota Palembang, Sumatera Selatan. Di kawasan ini ditemukan jaringan kanal, parit dan
kolam yang disusun rapi dan teratur yang memastikan bahwa kawasan ini adalah
buatan manusia, sehingga dipercaya bahwa pusat kerajaan Sriwijaya di Palembang
terletak di situs ini. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan purbakala yang
menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat
aktivitas manusia.
Lokasi
Pulau
Cempaka, pulau buatan berbentuk bujur sangkar di tengah-tengah kolam.
Secara
administratif, situs Karanganyar terletak di Jalan Syakhyakirti, Kelurahan
Karanganyar, Kecamatan Gandus, Palembang. Terletak pada dataran aluvial pada
meander Sungai Musi berhadapan dengan pertemuan sungai
Musi dengan sungai Ogan dan Kramasan. Belahan utara Sungai Musi sudah sejak
lama diketahui sebagi lokasi sejumlah situs arkeologi yang berasal dari abad
ke-7 hingga ke-15 masehi, diantaranya adalah situs Kambang Unglen, Padang
Kapas, Ladang Sirap, dan Bukit Seguntang yang terletak dekat dengan situs Karanganyar.
Situs
Karanganyar pada umumnya memiliki ketinggian kurang dari 2 meter dari permukaan
sungai Musi. Berada sekitar 4 kilometer di sebelah barat daya pusat kota
Palembang, tepatnya di sebelah selatan Bukit Seguntang. Taman Purbakala ini
dapat dicapai dari pusat kota Palembang dengan kendaraan umum menuju jurusan
Tangga Batu.
Situs
Karanganyar terbagi atas tiga subsitus, yaitu subsitus Karanganyar 1, 2, dan 3.
Yang terbesar adalah subsitus Karanganyar 1 berupa sebuah kolam berdenah empat
persegi panjang membujur arah utara-selatan berukuran 623 x 325 meter. Di
tengah kolam ini terdapat dua pulau, yaitu Pulau Nangka dan Pulau Cempaka.
Pulau Nangka berukuran 462 x 325 meter, sedangkan Pulau Cempaka berukuran 40 x
40 meter. Pulau Nangka dikelilingi parit-parit berukuran 15 x 1190 meter.
Subsitus Karanganyar 2 terletak di sebelah barat daya kolam 1 dan merupakan
kolam kecil, ditengahnya terdapat pulau kecil berdenah bujur sangkar dengan
ukuran 40 x 40 meter. Subsitus Karanganyar 3 berada di sebelah timur subsitus
Karanganyar 1 dengan denah bujur sangkar berukuran 60 x 60 meter.
Ketiga
subsitus tersebut dihubungkan oleh parit yang berjumlah tujuh buah. Parit 1
merupakan parit terpanjang, yaitu 3 kilometer dengan lebar 25 sampai 30 meter.
Parit ini oleh penduduk setempat dinamai parit Suak Bujang. Sejajar dengan
parit 1 terdapat parit 2 dengan panjang 1,6 kilometer. Parit ini terletak di
sebelah selatan subsitus Karanganyar 1 dan 3. Ujung parit ini berasal dari
subsitus Karanganyar 2, sedangkan ujung timurnya bernuara di sungai Musi. Parit
1 dan 2 dihubungkan dengan parit 3 yang terletak di antara subsitus 1 dan 3.
panjang parit 3 sekitar 700 meter membujur utara-selatan. Masih ada parit lain
yang sejajar dengan parit 3, yaitu parit 4 dan 5 yang terletak di sebelah barat
subsitus 1. Ujung selatan parit 4 dan 5 berakhir di parit 2. Dari parit 2
terdapat dua buah parit yang ujung selatannya bermuara di sungai Musi, yaitu
parit 6 dan 7.
Temuan purbakala
Di lokasi
yang dipercaya sebagai sisa taman kerajaan masa Sriwijaya ini dijumpai artefak
yang menampakkan aktivitas keseharian masyarakatnya, seperti manik-manik,
struktur batu bata, damar, tali ijuk, keramik, dan sisa perahu. Temuan-temuan
tersebut diperoleh saat pembangunan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya maupun
melalui kegiatan penyelamatan temuan di sekitar kawasan ini. Rekonstruksi atas
fragmen keramik yang banyak ditemukan memperlihatkan adanya penggunaan,
tempayan, guci, buli-buli, mangkuk, dan piring. Sedangkan berdasarkan
rekonstruksi dari sisa gerabah menunjukkan pemanfaatan berbagai bentuk tungku
atau anglo, kendi, periuk, tempayan, pasu, dan bahkan genteng. Kumpulan
temuan-temuan ini menunjukkan betapa padatnya aktivitas keseharian masyarakat
yang hidup di kawasan ini pada masa lalu.
Situs ini
utamanya menampilkan struktur bangunan air berupa kolam, pulau buatan, dan
parit yang keberadaannya menjadi bukti kehadiran manusia yang menetap dalam
jangka waktu yang cukup lama. Diperkirakan penduduk yang dulu menghuni kawasan
Karanganyar menggali kanal atau parit seperti parit Suak Bujang, baik untuk
saluran drainase tata air penangkal banjir maupun sebagai sarana transportasi
untuk menghubungkan daerah-daerah pedalaman di sekitar situs dengan sungai
Musi.
Pada tahun
1985 dilakukan penggalian arkeologi dan berlanjut pada tahun 1989. Dari
penggalian ini ditemukan banyak temuan pecahan tembikar, keramik, manik-manik,
dan dan struktur bata. Berdasarkan hasil analisis keramik-keramik China yang
ditemukan di kawasan ini berasal dari dinasti Tang (abad VII-X M), Sung (abad X-XII M), Yuan (abad
XIII-XIV M), dan dinasti Qing (abad XVII-XIX M) yang umumnya
terdiri dari tempayan, buli-buli, pasu, mangkuk, dan piring. Sedangkan
penggalian yang dilakukan di Pulau Cempaka berhasil menampakkan kembali sisa
bangunan berupa struktur bata pada kedalaman 30 cm dengan orientasi
timur-barat.
Selain
jejaring kanal, kolam dan struktur bata, di situs ini tidak ditemukan bekas
peninggalan bangunan candi atau bekas istana yang signifikan. Hal ini berbeda
dengan situs Muaro Jambi yang memiliki peninggalan berupa
bangunan candi berbahan bata merah. Para ahli arkeologi berpendapat bahwa
sedikitnya temuan bangunan karena lokasi situs ini. Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim yang berada di tepian sungai dan hutan lebat di Sumatera.
Karena tidak terdapat gunung berapi yang menyimpan batu, bangunan peribadatan,
istana, dan rumah-rumah penduduk dibuat dari kayu atau bahan bata. Akibatnya,
bangunan cepat rusak hanya dalam hitungan paling lama 200 tahun. Ditambah lagi
dengan tingginya tingkat kelembaban serta kemungkinan banjir rutin dari luapan
sungai Musi di dekatnya yang dengan mudah dapat merusak bangunan kayu dan bata.
Pembangunan taman purbakala
Berdasarkan
interpretasi dan temuan dari foto udara tahun 1984 menunjukkan bahwa situs
Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam
serta pulau buatan yang disusun rapi. Dapat dipastikan situs ini adalah buatan
manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur
sangkar dan empat persegi panjang, serta parit dengan luas areal meliputi 20
hektar. Serangkaian kanal, pulau buatan, dan bagian-bagian lainnya menampilkan
situs Karanganyar sebagai karya arsitektur lansekap yang berkaitan dengan bangunan
air.
Oleh
pemerintah Sumatera Selatan kawasan ini dipugar, kanal-kanalnya dirapikan untuk
dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang diresmikan oleh presiden Suharto pada tanggal 22 Desember 1994. Di dalam taman
purbakala ini terdapat Museum Sriwijaya, yaitu pusat informasi mengenai situs
dan temuan Sriwijaya di Palembang . Pada bagian tengah situs ini terdapat
pendopo berarsitektur rumah limas khas Palembang yang ditengahnya disimpan
replika Prasasti Kedukan Bukit dalam kotak kaca. Prasasti ini
menceritakan mengenai perjalanan Siddhayatra Dapunta Hyang yang dianggap sebagai tonggak sejarah berdirinya
kemaharajaan Sriwijaya. Setelah lebih dari satu dasawarsa didirikan, fungsi
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sebagai Pusat Informasi Sriwijaya dan
sebagai daya tarik wisata budaya di Palembang masih belum sesuai dengan yang
diharapkan. Sebagian besar masyarakat Palembang sekarang masih belum mengetahui
keberadaan taman purbakala ini sebagai peninggalan masa Sriwijaya, apalagi
sebagai pusat informasi tentang Sriwijaya. Selama ini Taman Purbakala Kerajaan
Sriwijaya kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Sayang
sekali kini kompleks taman purbakala ini terbengkalai dan kurang terawat.
0 komentar:
Posting Komentar